BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu sumbangan nyata ilmu kimia
kepada ilmu kedokteran ialah bidang pengobatan. Obat adalah senyawa kimia yang
dapat mempengaruhi organisme hidup
serta digunakan untuk diagnosis, pencegahan dan pengobatan suatu penyakit.
Sintesis obat sangat memerlukan peran ilmu kimia. Kini telah banyak obat-obat
yang dibuat secara sintetis, baik berupa senyawa organik maupun senyawa
anorganik. Diantara banyak obat yang kini telah dikenal, ada beberapa obat yang
mempunyai fungsi berbeda. Demikian pula dengan efek samping atau pengaruh
samping obat yang merugikan kesehatan.
Antibiotik merupaka obat yang sangat
penting dan digunakan untuk memberantas berbagai penyakit infeksi. Zat kimia ini
dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama jamur dan bakteri tanah, dan mempunya
khasiat bakteriostatik atau bakterisid terhadap satu atau beberapa
mikroorganisme lain yang rentan terhadap antibiotik.
Antibiotik adalah senyawa organik yang
dihasilkan oleh berbagai spesies mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap
spesies mikroorganisme lain. Sifat toksik senyawa-senyawa yang terbentuk
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan
bahkan ada yang langsung membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan
antibiotik tersebut.
Antibiotik mempunyai sifat toksik dan
berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar. Efek toksik
antibiotik dapat memengaruhi bagian-bagian tubuh tertentu. Kloramfenikol
menimbulkan efek toksik pada sumsum tulang belakang sehingga pembentukan sel
darah merah terganggu, sedangkan streptomisin dapat merusak organ keseimbangan
dan pendengaran sehingga menyebabkan pusing, bising telinga, dan kemudian
menjadi tuli. Pemberian penisilin kepada seseorang yang tidak tahan atau peka
dapat menimbulkan gatal-gatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan
pingsan.
Resistensi bakteri dapat terjadi jika
pengobatan dengan antibiotik tidak mencukupi misalnya, karena terlalu singkat
atau terlalu lama dengan dosis yang terlalu rendah. Dalam hal ini, bakteri akan
memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik sehingga khasiat antibiotik
akan menjadi berkurang, atau tidak berkhasiat sama sekali. Bila suatu
antibiotik tidak mampu membunuh bakteri atau bakteri menjadi kebal, pengobatan
selanjutnya harus dilakukan dengan antibiotik lain.
Tetrasiklin adalah antibiotik yang
mempunyai spektrum luas. Untuk lebih jelasnya mengenai resistensi, spektrum,
farmakodinamik, dan lain-lain mengenai tetrasiklin akan dijelaskan pada makalah
ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan tetrasiklin?
2. Bagaimana sejarah dari
tetrasiklin?
3. Bagaimana penjelasan
mengenai tetrasilin?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui pengertian tetrasiklin.
2. Mengetahui sejarah dari tetrasiklin.
3. Mengetahui penjelasan mengenai
tetrasiklin.
1.4
Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini
adalah mengetahui pengertian tetrasiklin, penggunaan, efek samping, dan
informasi umum mengenai tetrasiklin.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Tetrasiklin
Antiboitik ialah zat
yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan
atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintesis.
Antibiotik
pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris Dr.Alexander Flemming yaitu antibiotik
Penisilin pada tahun 1982 di London. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan
digunakan dalam terapi pada tahun 1941 oleh Dr. Florey. Kemudian banyak zat
dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh
dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai
obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.Golongan
obat antibiotik dapat dibagi menjadi:
1. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari
bermacam-macam jenis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R)
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat
bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
2. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotik
betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba.
Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui
ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik
dengan spektrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena
masalah resistansi.
4.Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal
dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negatif. Aminasin, gentamisin
dan tobramisin d juga aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif tehadap Mycobacterium
tuberculosis dan penggunaannya sekarang hampir terbatas untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik
dengan spektrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan
untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis,
abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat
ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
6. Makrolid
Eritromisin memiliki spektrum
antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan
sebagai alternatif penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran
napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin
B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur
polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil
Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman
Gram-positif.
8. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan
kemoterapetka ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah
obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson,
etambutol dan lain-lain.
2.2.1
Sejarah tetrasiklin
Tetrasiklin
pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang
memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika
penting.Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah
klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces
aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin
sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat
diperoleh dari spesies Streptomyces
lain.
Para tetrasiklin adalah suatu keluarga besar
antibiotik yang ditemukan sebagai produk alami oleh Benjamin Minge Duggar dan
pertama kali dijelaskan pada 1948.Di bawah Yellapragada Subbarao, Benjamin
Duggar membuat penemuan pertama dunia antibiotik tetrasiklin, Aureomycin , pada
tahun 1945.
In 1950, Harvard Professor Robert Woodward
determined the chemical structure of Terramycin, the brand name for a member of
the tetracycline family; the patent
protection for its fermentation and production was also first issued in 1950. Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward
menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga
tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali
diterbitkan pada tahun 1950. A research team of
seven scientists at , in
collaboration with Woodward, participated in the two-year research leading to
the discovery . Sebuah tim riset dari tujuh ilmuwan di
Pfizer, bekerja sama dengan Woodward, berpartisipasi dalam dua tahun penelitian
yang mengarah ke penemuan tersebut.
mummies have been studied in the 1990s and were
found to contain significant levels of tetracycline; there is evidence that the
beer brewed at the time could have been the source. Tetracycline
sparked the development of many chemically altered antibiotics and in doing so
has proved to be one of the most important discoveries made in the field of
antibiotics.Nubia mumi
telah dipelajari pada 1990-an dan ditemukan mengandung level signifikan
tetracycline; ada bukti bahwa bir brewed pada saat itu bisa saja
sumbernya.Tetracycline memicu pengembangan banyak antibiotik kimiawi berubah
dan dalam melakukannya terbukti menjadi salah satu penemuan paling penting yang
dibuat dalam bidang antibiotik. It is used to
treat many gram-positive and gram-negative bacteria and some protozoa.
Hal ini digunakan untuk mengobati bakteri gram positif dan gram-negatif banyak
dan beberapa protozoa. It, like some other
antibiotics, is also used in the treatment of .Ini, seperti beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam pengobatan
jerawat.
2.2.2 Definisi
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang
sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat
relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga
cepat berkurang potensinya.Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah
denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau dengan fermentasi.
Tetrasiklin mempunyai mempunyai
potensi setara dengan tidak kurang dari 975 μg tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl),per
mg di hitung terhadap zat anhidrat.Struktur kimia dari tetrasiklin dapat
dilihat pada Gambar 1 dan untuk gugus fungsi jenis tetrasiklin dapat dilihat pada Tabel
1.
Gambar
1.Struktur tetrasiklin
Tabel 1. Gugus fungsi jenis tetrasiklin
Jenis tetrasiklin
|
Gugus
|
||
R1
|
R2
|
R3
|
|
1.
Klortetrasiklin
|
-Cl
|
-CH3,-OH
|
-H,
-H
|
2.
Oksitetrasiklin
|
-H
|
-CH3,
-OH
|
-OH,
-H
|
3.
Tetrasiklin
|
-H
|
-CH3,-OH
|
-H,
-H
|
4.
Demeklosiklin
|
-Cl
|
-H,-OH
|
-H,
-H
|
5.
Doksisiklin
|
-H
|
-CH3,
-H
|
-OH,
-H
|
6.
Minosiklin
|
-N(CH3)2
|
-H,
-H
|
-H,
-H
|
Tetracycline adalah
spektrum luas Poliketida antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces
genus dari Actinobacteria , diindikasikan untuk digunakan melawan infeksi
bakteri banyak. It is a protein synthesis
inhibitor. Ini adalah inhibitor sintesis protein. It is commonly used to treat today, and, more recently, , and played a historical role in stamping out in the developed
world. Hal ini umumnya
digunakan untuk mengobati jerawat hari ini, dan yang lebih baru, rosacea , dan
memainkan peran historis dalam memerangi kolera di negara maju. It is sold under the brand names Sumycin , Terramycin
, Tetracyn , and Panmycin , among others. Actisite is a thread-like fiber form,
used in dental applications. Itu dijual dengan merek Sumycin, Terramycin, Tetracyn, dan Panmycin, antara lain. Actisite adalah seperti bentuk-serat
benang, digunakan dalam aplikasi gigi. It is also
used to produce several semi-synthetic derivatives, which together are known as
the . Hal ini juga digunakan untuk memproduksi turunan
semi-sintetik beberapa yang bersama-sama dikenal sebagai antibiotik tetrasiklin.
Menurut farmakope
Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin memiliki pemerian serbuk hablur kuning, tidak
berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan dengan cahaya matahari kuat,
menjadi gelap. Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang dan
cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
Tetrasiklin mempunyai
kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut dalam asam
encer, larut dalam alkali disertai peruraian.Tetrasiklin
adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein pada
perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat kalsifikasi
dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat sintesis
protein pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja penghambatannya,
yaitu tetrasiklin menghambat masuknya aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada
kompleks mRNA-ribosom, sehingga menghalangi penggabungan asam amino ke rantai
peptide.
2.2.3
Farmakokinetik
Kira-kira 30-80%
tetrasklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap
lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus bagian atas. Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin
seperti adanya makanan dalam lambung (kecuali doksisiklin dan monosiklin), pH
tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain
yang sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, Fe2+,
Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu
sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.
Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik
absorbsinya dari sediaan tetrasiklin biasa.
Dalam plasma serum
jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi.
Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin tiap 6
jam menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 μg/ml.
Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi
ginjal sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan
serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum.
Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke
cairan tubuh lain dalam jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun
dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di
dentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar
uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi.
Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, daya penetrasi doksisiklin dan minosiklin
ke jaringan lebih baik.Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di
hati. Doksisiklin dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup
berarti sehingga aman diberikan pada pasien gagal ginjal.
2.2.4
Ekskresi
Golongan
tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada
pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui
urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai
kadar 10 kali kadar serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen
usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam
darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada
saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam
darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja (1).
Antibiotik golongan tetrasiklin
yang diberi per oral dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat
farmakokinetiknya, yaitu :
a.
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi
kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.
b.
Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dari masa
paruhnya kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150mg per oral tiap 6 jam.
c.
Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan
masa paruhnya 17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali
100 mg sehari.
2.2.5
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein
bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya anti
biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama secara difusi pasif
melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transport aktif. Setelah masuk
anti biotik berikatan secara revarsible dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan
tRNA – amino asil pada kompleks mRNA – ribosom. Hal tersebut mencegah
perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya
sintesis protein.
2.2.6
Interaksi obat
Golongan tetrasiklin dengan antasida ( termasuk garan
alimunium, kalsium, atau magnsium), garam besi, garan zink. Menyababkan
absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam
sebalum atau 2 jam setelah antasida.
Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan
kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam
setelah tetrasiklin
Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau
colestipol menyebabkan absorpsi tetrasiklin turun sehingga kadar serumnya juga
turun.
Pengatasan : bila perlu dilakukan
penyesuaian dosis tetrasiklin.
Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin (contoh: Na.
Laktat, K. Sitrat) menyababkan terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan kadar
serum tetrasiklin.
Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam
atau bila perlu dilakukan peningkatan dosis tetrasiklin ( jika pH urin naik
signifikan)
Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek
antikoagualan meningkat karena berkurangnya vitamin K yang diproduksi bakteri
dalam usus akibat pemakaian tetrasiklin.
Pengatasan : monitor parameter anti koagualan
dan bila perlu dosis anti koagualan disesuaikan.
Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin
mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan
efeknya.
Golongan tetrasiklin denga digoxin. Dapat terjadi
peningkatan kadar serum digoxin pada sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).
Pengatasan : monitor kadar digoxin dan
tanda-tanda toksisitasnya.
2.2 Penyakit yang Berkaitan
Karena penggunaan
yang berlebih, dewasa ini terjadi resistansi yang mengurangi efektivitas
tetrasiklin. Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin ialah:
1.
Riketsiosis
Perbaikan yang
dramatis tamapak setelah pemberian golongan tetrasiklin. Demam mereda dalam 1-3
hari dan ruam kulit menghilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis yang nyata telah
tampak 24 jam setelah terapi dimulai.
2.
Infeksi Klamidia
a.
Limfogranuloma venereum.
Untuk
penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi
akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan
terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.
b.
Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin
selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis yang digunakan ialah
2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.
c.
Konjungtivitis inklusi
Penyakit ini dapat diobati
dengan hasil baik selama 2-3 minggu dengan memberikan salep mata atau obat
tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin.
d.
Trakoma
Pemberian salep mata golongan
tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama
14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.
e.
Uretritis nonspesifik.
Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia trachomatis ini terobati baik
dengan pemberian tetrasiklin oral 4 kali 500 mg sehari selama 7 hari. Infeksi C.trachomatis seringkali menyertai
uritritis akibat gonokokus.
3.
Infeksi Mycoplasma Pneumoniae
Pneumonia
primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini dapat diatasi dengan pemberian
golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan klinis cepat dicapai Mycoplasma pneumoniae mungkin tetap
terdapat dalam sputum setelah obat dihentikan.
4.
Infeksi Basil
a.
Bruselosis
Pengobatan dengan golongan
tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini. Hasil pengobatan
yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus
berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.
b.
Tularemia
Obat pilihan utama untuk
penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan golongan
tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
c.
Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg
merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini. Pemberian dapat
mengurangi volume diare dalam 48 jam.
d.
Sampar
Antibiotik terbaik untuk
mengobati infeksi ini ialah streptomisin. Bila streptomisin tidak dapat
diberikan, maka dapat dipakai golongan tetrasiklin. Pengobatan dimulai dengan
pemberian secara IV selam 2 hari dan dilanjutkan dengan pemberian per oral
selama 1 minggu.
5.
Infeksi Kokus
Golongan
tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan untuk infeksi stafilokokus maupun
streptokokus karena sering dijumpai resistensi. Tigesiklin efektif untuk
infeksi kulit dan jaringan lunak oleh streptokokus dan stafilokokus (termasuk
MRSA)
6.
Infeksi Venerik
a.
Sifillis
Tetrasiklin merupakan antibiotik
pilihan kedua setelah penisilin untuk mengobati sifillis. Dosisnya 4 kali 500
mg sehari per oral selama 15 hari. Tetrasiklin juga efektif untuk mengobati chancroid dan granuloma inguinal. Karena
itu dianjurkan memberikan dosis yang sama dengan dosis untuk terapi sifilis.
7.
Akne Vulgaris
Tetrasiklin
diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis yang diberikan untuk
ini ialah 2 kali 250 mg sehari selama 2-3 minggu, bila perlu terapi dapat diteruskan
sampai beberapa bulan dengan dosis minimal yang masih efektif.
8.
Penyakit Paru Obstruksi Menahun
Eksaserbasi
akut penyakit paru obstruktif menahun dapat diatasi dengan doksisiklin oral 2
kali 100 mg/ hari. Antibiotika lain yang juga bermanfaat ialah kotrimoksazol
dan koamoksiklav.
9.
Infeksi Intraabdominal
Tigesiklin
efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal yang disebabkan oleh E. Coli, C.freundii, E.faecalis, B.fragilis
dan kuman-kuman lain yang peka.
10. Infeksi lain
a.
Aktinimikosis
Golongan tetrasiklin dapat
digunakan untuk mengobati penyakit ini bila penisilin G tidak dapat diberikan
kepada pasien.
b.
Frambusia
Respons penderita terhadap
pemberian golongan tetrasiklin berbeda-beda. Pada beberapa kasus hasilnya baik,
yang lalin tidak memuaskan. Antibiotik pilihan utama untuk penyakit ini ialah
penisilin.
c.
Leptospirosis
Walaupun tetrasiklin dan
penisilin G sering digunakan untuk pengobatan leptospirosis, efektifitasnya
tidak terbukti secara mantap.
d.
Infeksi saluran cerna
Tetrasiklin mungkin merupakan
ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu
mungkin efektif untuk disentri yang disebabkan oleh strain Shigella yang peka.
11. Penggunaan Topikal
Pemakaian
topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan tetrasiklin
efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman
Gram-positif dan Gram-negatif yang sensitif. Selain itu salep mata ini dapat
pula digunakan untuk profilaksis oftalmia neonatorum pada neonatus (1)
2.3 Contoh Obat
Contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain:
1.
Conmycin
Komposisi : Tetracycline
HCL
Indikasi :
Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin
Dosis : 1 kaps 4 x/ hr.
Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis
30-40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
Penggunaan
obat : Berikan pada saat perut kosong 1
jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak.
Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap
tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.
Efek samping :
Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi
inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.
2.
Corsamycin
Komposisi : Oxytetracycline HCl
Indikasi : Bronkitis akut dan kronis
termasuk pencegahan eksaserbasi akut, bronkopneumonia dan atipikal pneumonia
disebabkan oleh mikoplasma pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis,
otitis media, angina vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO,
infeksi bakteri pada trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi
pasca persalinan (endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO
dan sifilis yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan
khankroid, bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan
limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6
jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi). Infeksi nafas seperti
eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr.
Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis,
bruselosis total dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan
Obat : Berikan pada saat perut kosong 1
jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontra
Indikasi : Hipersensitif, gangguan
ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.
Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia pada anak, hambatan
pertumbuhan tulang sementara. Dosis
tinggi: uremia.
3.
Corsatet
Komposisi : Tetracycline HCl
Indikasi : Abses, akne, amubiasis,
anthraks, disentri basiler, bartonellosis, bronkitis akut dan kronis, infeksi
bronkopulmoner, bruselosis, kankroid, difteri, infeksi traktus genitourinaria,
GO, granuloma inguinale, infeksi yang menyertai fibrosis kistik pankreas, listeriosis,
limfograuloma venereum, infeksi bakteri campuran, osteomielitis, otitis
eksterna dan media, pertusis, faringitis, pneumonia, psittakosis, pielonefritis
akut dan kronis, rocky mountain spotted fever, demam scarlet, sinusitis,
infeksi jaringan lunak, sifilis, tonsilitis, tularemia, tifoid, ricketsia,
uretritis (non-GO), pencegahan pra dan pasca bedah dan dental.
Dosis : Dewasa 250 mg 4 x/hr.
Infeksi berat 1500-2000 mg/hr. Anak 20-40 mg/kg/BB/hr, dosis terbagi. Sifilis dosis total 30-40 g dalam dosis terbagi rata
selam 10-15 hari. Bruselosis kombinasi dengan streptomisin.
Penggunaan
obat : Berikan pada saat perut kosong 1
jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak.
Dapat diberkian bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra
Indikasi : Hipersensitif, gangguan
ginjal berat, hamil, anak < 12 tahun.
Efek samping : Gangguan GI, supersenitif,
hepatotoksik dan nefrotoksik. Jarang meningkatkan TIK, SLE. Perubahan warna
gigi dan hipoplasia gigi pada anak dalam masa pertumbuhan (6).
2.4 Efek Samping Obat
Efek samping
yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam
3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang
timbul akibat perubahan biologik.
1.
Reaksi Kepekaan
Reaksi
kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi
mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat
ialah edema angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat
pula terjadi pada waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silang antara berbagai
derivat tetrasiklin sering terjadi.
2.
Reaksi toksik dan iritatif
Iritasi
lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral, terutama
dengan oksitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang diberikan, makin
sering terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis
untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin bersama dengan
makanan, tetapi jangan dengan susu atau antasid yang mengandung alumunium,
magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan harus
dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clostridium
difficile yang sangat berbahaya.
Manifestasi
reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan
rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM tanpa anestetik
lokal.
Terapi
dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis,
limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan trombositopenia.
Reaksi
fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin, tetapi paling sering timbul
pada pemberian dimetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas,
kadang-kadang disertai demam dan eosinofilia. Pigmentasi kuku dan onikolisis,
yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
3.
Efek samping akibat perubahan biologik
Seperti antibiotik lain yang
berspektrum luas, pemberian golongan tetrasiklin kadang-kadang diikuti oleh
terjadinya superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur. Superinfeksi kandida
biasanya terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan kadang-kadang menyebabkan
infeksi sistemik. Faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya superinfeksi
ini ialah diabetes melitus, leukimia, lupus eritematosus diseminata, daya tahan
tubuh yang lemah dan pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam waktu
lama (1).
2.5 Resistensi
Mekanisme resistensinya adalah sebagai
berikut:
- Tetrasiklin (tet) merupakan molekul hidrofobik, dan masuk ke dalam sel dengan difusi pasif.
- Jika tetrasiklin tidak ada, repressor tetR akan mencegah proses transkripsi gen tetA, selain itu tetR juga akan melakukan siintesis proteinnya sendiri pada urutan operator tetO
- di dalam sitosol, tetrasiklin membentuk kompleks dengan bivalent ion ion metal seperti magnesium
- itu semacam sebuah ikatan kompleks ke tetR, sehingga mengubah konformasi dan disosiasi nya dari bagian operator
- kemudian, tidak hanya antiporter tetA, tetapi antipoerter tetR juga tersintesis
- tetA mengeluarkan kompleks [tet-Mg2+] +H+ keluar dari sitosol, dan memasukkan proton pada waktu yang bersamaan. Setelah tetrasiklin dikeluarkan, sisa protein tetR mengikat rangkaian tetO lagi dan menonaktifkan tetA dan tetR.
Gambar 2.Mekanisme resistensi tetrasiklin
Resistensi terhadap tetrasiklin dapat
timbul melalui penembusan obat, perlindungan ribosomal protein, mutasi rRNA
16S, dan inaktivasi obat melalui aksi sebuah monooxygenase
BAB
III
KESIMPULAN
Tetrasiklin adalah spektrum luas Poliketida antibiotik yang
dihasilkan oleh Streptomyces genus dari Actinobacteria, diindikasikan
untuk digunakan melawan infeksi bakteri banyak.
Tetrasiklin merupakan obat yang mempunyai spektrum luas.
Golongan
tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada ribosomnya.Golongan
tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment