Flavonoida
2.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman tanamannya. Masyarakat Indonesia
sejak dulu telah mengenal tanaman-tanaman yang berkhasiat untuk obat. Selain
itu ada banyak tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan, antibakterial dan
lain-lain. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan senyawa-senyawa yang
berfungsi sebagai antioksidan adalah senyawa-senyawa flavonoid, fenolat dan
alkaloid.
Antioksidan
adalah senyawa yang dapat menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak
memiliki sistem pertahanan antioksidatif yang berlebih, sehingga jika terjadi
paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan antioksidan berlebih. Adanya
kekhawatiran antioksidan sintetik menjadikan antioksidan alami menjadi
alternatif yang terpilih.
Flavonoid
adalah kandungan yang ditemukan pada buah, sayur dan juga pada minuman yang
mempunyai bermacam-macam keuntungan biokimia dan pengaruh antioksidan.
Jumlahnya pada bahan pangan lebih besar dibanding dengan vitamin C dan
Vitamin E. Kegiatan antioksidan flavonoid tergantung dari struktur molekulnya
dan karakteristik molekulnya dan flavonoid banyak ditemukan pada buah dan dan
minuman yang berpotensi melakukan kegiatan antioksidan, contohnya teh, anggur
merah, dan kedelai.
2.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui sejarah dari senyawa flavonoid dan klasifikasinya.
b. Mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid
a. Mengetahui sejarah dari senyawa flavonoid dan klasifikasinya.
b. Mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid
c. Mengetahui beberapa manfaat dari senyawa flavonoid
II.
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Flavonoid
Ilmu
kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang
pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic. Bahkan,
struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19.
Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah
usang. Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus
menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.
Senyawa
flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama
Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam
askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler
subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh
bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon
juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas
senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi, alat komunikasi‟
(molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang
bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif
(menstimulasi).
2.2
Definisi
Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang
terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih
dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada
tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin,
flavonol,
dan flavon.
Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos,
biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah,
ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain
misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat
di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuola
sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Flavonoid
merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali
alga. Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida
atau 1,3-diarilpropana
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
3.
Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Istilah flavonoida diberikan untuk
senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu
jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon
ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom
karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru. Kelas-kelas
yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin
heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola
yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan
salah satu dari cincin benzene. Menurut
Kosasih (1988), kerangka dasar flavonoid
ada empat dimana struktur dan sistem penomorannya diberikan dibawah:
Berdasarkan
kerangka dasar dan sejumlah sifatnya, senyawa flavonoid diklompokkan menjadi 11
golongan. Masing-masing golongan tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut :
Semua varian flavonoid saling erkaitan karena alur biosintesis yang sama,
yang memasukan prazat dari alur ‘sikimat’ dan alur ‘asetat-malonat’, flavonoid
pertama dihasilkan segera setelah kedua alur itu bertemu. Flavonoid yang
pertama kali terbentuk pada biosintesis ialah khalkon dan semua bentuk lain
diturunkan darinya melalui berbagai alur. Modifikasi flavonoid lebih lanjut
mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan : penambahan atau
pengurangan hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid,
dimerisasi, pembentukan bisulfate, dan yang terpenting adalah glikosilasi gugus
hidroksil (pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan
flavonoid C-glikosida).
a. Flavonoid O-glikosida
Flavonoid O-glikosida merupakan senyawa yang mana terdapat satu gula atau
lebih berikatan secara hemiasetal pada gugus hidroksi dari flavonoid yang tidak
tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang rektif
dan lebih mudah larut dalam air gula yang paling umum terlibat adalah glukosa,
walau pun galaktosa, ramnosa xilosa, dan
arabinosa sering juga terlibat. Ada kalanya juga glikosida mengalami modifikasi
lebih lanjut yaitu asilasi seperti pada contoh berikut :
b. Flavonoid C-glikosida
Gula juga dapat terikat pada atom karbon
flavonoid, dalam hal ini terikat langsung pada inti benzene dengan satu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam dibandingkan O-glikosida. Glikosida yang demikian
disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan
pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang paling umum
terlibat glukosa misalnya pada viteksin dan orientin, dan juga galaktosa pada
apigenin 8-C-galaktosida, ramnosa pada violantin, xilosa pada visenin-1 dan
arabinosa pada skaftosida. Seperti pada O-glikosida, C-glikosida juga sering
mengalami O-glikosilasi lebih lanjut atau mengalami asilasi pada hidroksi gula.
c. Bilafonoid
Biflavonoid adalah flavonoid dimer. Flavonoid
yang biasa terlibat ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi sederhana dan
ikatan antar flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau kadang-kadang ester.
Banyak sifat kimia dan fisika biflavonoid yang menyerupai monoflavonoid
pembentuknya. Akibatnya kadang-kadang biflavonoid sukar dikenalai. Meski
demikian kromatografi pada silica gel dapat membedakan monomer dan dimer dengan
jelas dan dapat dipastikan dengan cara peleburan basa atau dengan spektoskopi
massa. Contoh dari biflavonoid yaitu amentoflavon yang memiliki struktur
sebagai berikut :
Sifat Flavonoid
Flavonoid
merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak
asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut
dalam pelarut polar seperti
metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida.
Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid
sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
2.3
Isolasi
Banyak senyawa dari golongan ini
yang mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya, dan oleh karena itu
senyawa ini berada dalam ekstrak air tumbuhan, bahkan senyawa yang hanya
sedikit larut dalam air kepolarannya memadai untuk diekstraksi dengan baik
memakai methanol, etanol atau aseton dan methanol 80% merupakan pelarut yang
sering dipakai untuk ektraksi flavonoid. Pengekstraksian kembali larutan dalam
air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar
sering kali bermanfaat untuk memisahkan golongan ini dari senyawa yang lebih
polar seperti karbohidrat.
Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dan proantosianidin. Benzena dapat dipakai untuk benzofenon dan stilbutena. Amil alkohol dipakai untuk antosianin.
Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dan proantosianidin. Benzena dapat dipakai untuk benzofenon dan stilbutena. Amil alkohol dipakai untuk antosianin.
Butyl alkohol sekunder adalah
alkohol yang paling polar yang bercampur dengan air secara tidak sempurna, dan
jika ekstrak air dijenuhkan dengan natrium klorida atau magnesium sulfat,
pelarut ini sangat baik untuk untuk mengekstraksi senyawa golongan ini. Dari
segi analisis masa lampau, berbagai pereaksi pengendap telah digunakan untuk
senyawa ini. Timbel asetat netral atatu basa terutama dianjurkan. Flavonoid
dapat dibebaskan dari endapan timbel dengan menambahkan asam sulfat encer atau
hydrogen sulfide, timbel mengendap sebagai timbel sulfat atau timbel sulfide.
Pereaksi lainnya adalah asam pikrat, kalium asetat, barium hidroksida,
piridina, iterbium asetat dan sebagainya.
Kromatografi partisi kolom telah digunakan untuk pemisahan senyawa ini, misalnya kolom magnesol atau asam silikat dengan pengelusi etil asetat yang dijenuhkn dengan air atau eter. Alumina terutama berguna dalam pemisahan antosianin yang hanya mempunyai 1 gugus hidroksil bebas pada cincin B dari antosianin yang mengandung 1 atau lebih gugus itu. Kolom partisi memakai serbuk selulosa digunakan untuk berbagai polifenol, termasuk antosianin. Kromatografi penukar ion berguna untuk pengikatan senyawa aromatik ke kamar berdasr-polistiserena. Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kolom poliamida untuk memurnikan flavonoid.
Kromatografi partisi kolom telah digunakan untuk pemisahan senyawa ini, misalnya kolom magnesol atau asam silikat dengan pengelusi etil asetat yang dijenuhkn dengan air atau eter. Alumina terutama berguna dalam pemisahan antosianin yang hanya mempunyai 1 gugus hidroksil bebas pada cincin B dari antosianin yang mengandung 1 atau lebih gugus itu. Kolom partisi memakai serbuk selulosa digunakan untuk berbagai polifenol, termasuk antosianin. Kromatografi penukar ion berguna untuk pengikatan senyawa aromatik ke kamar berdasr-polistiserena. Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kolom poliamida untuk memurnikan flavonoid.
2.4
Manfaat Flavonoid
Flavonoid tidak lain
adalah golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan
pigmen tumbuhan. Fungsi flavonoid ini dalam tubuh manusia adalah sebagai
antioksidan, sehingga dengan fungsinya ini flavonoid sangat baik untuk
pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah melindungi struktur
sel, sebagai peningkat efektifitas vitamin c, mencegah peradangan
(antiinflamasi), mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
b.
Flavonoid mampu melindungi struktur sel atau
jaringan yang ada pada setiap bagian tubuh.
c.
Flavonoid mengandung Vitamin C yang memiliki
hubungan sinergis yang baik bagi tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan
manfaat vitamin C dalam menurunkan kadar kolesterol dan memproduksi bahan kimia
tertentu pada otak. Selain itu, tingginya kandungan antioksidan pada vitamin C
juga dapat menyapu radikal bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh. Manfaat lain
Vitamin C adalah Mencegah stroke, Melawan kanker, Meningkatkan mood, Mengobati
infeksi vagina (BV), Memperbaiki kulit,dll
d.
Flavonoid berfungsi sebagai Anti inflamasi. Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang
disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi
dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya
terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya
permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala
panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang
dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
e.
Flavonoid berfungsi sebagai senyawa yang digunakan
sebagai obat untuk pencegahan secara dini terhadap pengeroposan tulang, sebelum
atau pada saat menopouse.
f.
Flavonoid berfungsi sebagai antibiotik yang baik
untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, yang menurut penelitian secara
medis sebagai pencegahan dan pengobatan asma, mata katarak, diabetes, encok /
rematik, migran, wasir dan penyakit lainnya.
g.
Flavonoid sudah banyak digunakan
sebagai obat antivirus, seperti HIV/AIDS dan virus herpes.
III.
KESIMPULAN
1.
Flavonoid adalah senyawa yang
terdiri dari dari 15 atom karbon yang tersusun dari dua cincin aromatis
yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6.
2. Senyawa flavanoid pertama kali
untuk
obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy
3. Beberapa senyawa flavanoid yang ada di alam yaitu Katekin, Proantosianidin, Flavanone, Flavanonol, Flavon, Flavanol, Isoflavon dan Auron
4. Senyawa flavanoid mempunyai sifat
kimia agak asam,
dapat larut dalam basa,
serta larut dalam pelarut polar
5.
Beberapa manfaat dari senyawa flavanoid yaitu sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antibiotic, dan antivirus.
DAFTAR PUSTAKA
Lenny, sovia, 2006, Senyawa
Flavonoid, Fenil Propanoid, dan Alkaloida, USU, Medan.
Markham, K.R., 1988, Cara
Mengidentifikasi Falvonoid, ITB, Bandung.
Waji, Resi Agistina dan Andis
Sugrani, 2009, Makalah Kimia Organik Bahan Alam Falavonoid (Quercetin), Universitas
Hasabudin, Bandung.
No comments:
Post a Comment