salam

chemistry lover

Thursday, 3 January 2013

Flavonoida



Flavonoida
 


2.1         Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman tanamannya. Masyarakat Indonesia sejak dulu telah mengenal tanaman-tanaman yang berkhasiat untuk obat. Selain itu ada banyak tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan, antibakterial dan lain-lain. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan adalah senyawa-senyawa flavonoid, fenolat dan alkaloid.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak memiliki sistem pertahanan antioksidatif yang berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan antioksidan berlebih. Adanya kekhawatiran antioksidan sintetik menjadikan antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih.
Flavonoid adalah kandungan yang ditemukan pada buah, sayur dan juga pada minuman yang mempunyai bermacam-macam keuntungan biokimia dan pengaruh antioksidan. Jumlahnya pada bahan  pangan lebih besar dibanding dengan vitamin C dan Vitamin E. Kegiatan antioksidan flavonoid tergantung dari struktur molekulnya dan karakteristik molekulnya dan flavonoid banyak ditemukan pada buah dan dan minuman yang berpotensi melakukan kegiatan antioksidan, contohnya teh, anggur merah, dan kedelai.
2.2          Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.  Mengetahui sejarah dari senyawa flavonoid dan klasifikasinya.
b. Mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari senyawa flavonoid
c. Mengetahui beberapa manfaat dari senyawa flavonoid





II.     PEMBAHASAN


2.1         Sejarah Flavonoid
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah usang. Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi, alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).
2.2         Definisi Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
 
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru. Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Menurut Kosasih (1988),  kerangka dasar flavonoid ada empat dimana struktur dan sistem penomorannya diberikan dibawah:
Berdasarkan kerangka dasar dan sejumlah sifatnya, senyawa flavonoid diklompokkan menjadi 11 golongan. Masing-masing golongan tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut : 
Semua varian flavonoid saling erkaitan karena alur biosintesis yang sama, yang memasukan prazat dari alur ‘sikimat’ dan alur ‘asetat-malonat’, flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua alur itu bertemu. Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ialah khalkon dan semua bentuk lain diturunkan darinya melalui berbagai alur. Modifikasi flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan : penambahan atau pengurangan hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfate, dan yang terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida).
a.       Flavonoid O-glikosida
Flavonoid O-glikosida merupakan senyawa yang mana terdapat satu gula atau lebih berikatan secara hemiasetal pada gugus hidroksi dari flavonoid yang tidak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang rektif dan lebih mudah larut dalam air gula yang paling umum terlibat adalah glukosa, walau pun  galaktosa, ramnosa xilosa, dan arabinosa sering juga terlibat. Ada kalanya juga glikosida mengalami modifikasi lebih lanjut yaitu asilasi seperti pada contoh berikut :
b.      Flavonoid C-glikosida
Gula juga dapat terikat pada atom karbon flavonoid, dalam hal ini terikat langsung pada inti benzene dengan satu ikatan karbon-karbon yang tahan asam dibandingkan O-glikosida. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang paling umum terlibat glukosa misalnya pada viteksin dan orientin, dan juga galaktosa pada apigenin 8-C-galaktosida, ramnosa pada violantin, xilosa pada visenin-1 dan arabinosa pada skaftosida. Seperti pada O-glikosida, C-glikosida juga sering mengalami O-glikosilasi lebih lanjut atau mengalami asilasi pada hidroksi gula.
c.       Bilafonoid
Biflavonoid adalah flavonoid dimer. Flavonoid yang biasa terlibat ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis  mempunyai pola oksigenasi sederhana dan ikatan antar flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau kadang-kadang ester. Banyak sifat kimia dan fisika biflavonoid yang menyerupai monoflavonoid pembentuknya. Akibatnya kadang-kadang biflavonoid sukar dikenalai. Meski demikian kromatografi pada silica gel dapat membedakan monomer dan dimer dengan jelas dan dapat dipastikan dengan cara peleburan basa atau dengan spektoskopi massa. Contoh dari biflavonoid yaitu amentoflavon yang memiliki struktur sebagai berikut :
Sifat Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
2.3          Isolasi
Banyak senyawa dari golongan ini yang mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya, dan oleh karena itu senyawa ini berada dalam ekstrak air tumbuhan, bahkan senyawa yang hanya sedikit larut dalam air kepolarannya memadai untuk diekstraksi dengan baik memakai methanol, etanol atau aseton dan methanol 80% merupakan pelarut yang sering dipakai untuk ektraksi flavonoid. Pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar sering kali bermanfaat untuk memisahkan golongan ini dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat.
Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dan proantosianidin.
Benzena dapat dipakai untuk benzofenon dan stilbutena. Amil alkohol dipakai untuk antosianin.
Butyl alkohol sekunder adalah alkohol yang paling polar yang bercampur dengan air secara tidak sempurna, dan jika ekstrak air dijenuhkan dengan natrium klorida atau magnesium sulfat, pelarut ini sangat baik untuk untuk mengekstraksi senyawa golongan ini. Dari segi analisis masa lampau, berbagai pereaksi pengendap telah digunakan untuk senyawa ini. Timbel asetat netral atatu basa terutama dianjurkan. Flavonoid dapat dibebaskan dari endapan timbel dengan menambahkan asam sulfat encer atau hydrogen sulfide, timbel mengendap sebagai timbel sulfat atau timbel sulfide. Pereaksi lainnya adalah asam pikrat, kalium asetat, barium hidroksida, piridina, iterbium asetat dan sebagainya.
Kromatografi partisi kolom telah digunakan untuk pemisahan senyawa ini, misalnya kolom magnesol atau asam silikat dengan pengelusi etil asetat yang dijenuhkn dengan air atau eter. Alumina terutama berguna dalam pemisahan antosianin yang hanya mempunyai 1 gugus hidroksil bebas pada cincin B dari antosianin yang mengandung 1 atau lebih gugus itu.
Kolom partisi memakai serbuk selulosa digunakan untuk berbagai polifenol, termasuk antosianin. Kromatografi penukar ion berguna untuk pengikatan senyawa aromatik ke kamar berdasr-polistiserena. Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kolom poliamida untuk memurnikan flavonoid.
2.4         Manfaat Flavonoid
Flavonoid tidak lain adalah golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi flavonoid ini dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan, sehingga dengan fungsinya ini flavonoid sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah melindungi struktur sel, sebagai peningkat efektifitas vitamin c, mencegah peradangan (antiinflamasi), mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik.
Beberapa manfaat flavonoid yang terkandung dalam sarang semut adalah sebagai berikut :
a.    Antioksidan yang terkandung dalam flavonoid sangat baik untuk pencegahan kanker.
b.    Flavonoid mampu melindungi struktur sel atau jaringan yang ada pada setiap bagian tubuh.
c.    Flavonoid mengandung Vitamin C yang memiliki hubungan sinergis yang baik bagi tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat vitamin C dalam menurunkan kadar kolesterol dan memproduksi bahan kimia tertentu pada otak. Selain itu, tingginya kandungan antioksidan pada vitamin C juga dapat menyapu radikal bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh. Manfaat lain Vitamin C adalah Mencegah stroke, Melawan kanker, Meningkatkan mood, Mengobati infeksi vagina (BV), Memperbaiki kulit,dll
d.   Flavonoid berfungsi sebagai Anti inflamasi. Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
e.    Flavonoid berfungsi sebagai senyawa yang digunakan sebagai obat untuk pencegahan secara dini terhadap pengeroposan tulang, sebelum atau pada saat menopouse.
f.     Flavonoid berfungsi sebagai antibiotik yang baik untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, yang menurut penelitian secara medis sebagai pencegahan dan pengobatan asma, mata katarak, diabetes, encok / rematik, migran, wasir dan penyakit lainnya.
g.    Flavonoid sudah banyak digunakan sebagai obat antivirus, seperti HIV/AIDS dan virus herpes.


























III.             KESIMPULAN


1.      Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6.
2.      Senyawa flavanoid pertama kali untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy
3.      Beberapa senyawa flavanoid yang ada di alam yaitu Katekin, Proantosianidin, Flavanone, Flavanonol, Flavon, Flavanol, Isoflavon dan Auron
4.      Senyawa flavanoid mempunyai sifat kimia agak asam, dapat larut dalam basa, serta larut dalam pelarut polar
5.      Beberapa manfaat dari senyawa flavanoid yaitu sebagai antioksidan, antiinflamasi, antibiotic, dan antivirus.

















DAFTAR PUSTAKA


Lenny, sovia, 2006, Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid, dan Alkaloida, USU, Medan.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Falvonoid, ITB, Bandung.
Waji, Resi Agistina dan Andis Sugrani, 2009, Makalah Kimia Organik Bahan Alam Falavonoid (Quercetin), Universitas Hasabudin, Bandung.





 
   



No comments:

Post a Comment

Test Footer