salam

chemistry lover

Thursday 22 May 2014

Analisis Protein

protein
Penentuan protein total dapat dilakukan secara empiris (tidak langsung) melalui penentuan jumlah kandungan N dan cara absolute (langsung) melalui pemisahan,
pemurnian, dan penimbangan. Cara absolute sangat sulit, butuh waktu yang lama dan mahal hanya untuk keperluan tertentu.
C.1  Penentuan dengan Cara Kjeldahl
Cara ini dilakukan dalam 3 tahapan :
1.      Tahap destruksi
Destruksi merupakan proses dekomposisi senyawa organik dan memisahkan / melarutkan senyawa anorganik. Destruksi dilakukan dengan memanaskan sampel dalam asam sulfat pekat untuk mendestruksi protein menjadi usnsur-unsurnya. Proses destruksi dipercepat dengan menambahkan katalis campuran Na2SO4 dan HgO (20:1) atau K2SO4 dan CuSO4 (1:1).
Reaksi yang terjadi selama proses destruksi (jika katalisnya Na2SO4 dan HgO).
Pada proses destruksi, nitrogen dari protein diubah menjadi (NH4)2SO4   (larutan dari hitam sampai jernih)
2.      Tahap destilasi
Pada tahap ini (NH4)2SO4   di pecah menjadi NH3 dengan penambahan NaOH 1 M hingga alkalis dan pemanasan pada suhu 100-150 oC. NH3 yang dihasilkan ditangkap dengan larutan HCl standar atau as. Borat 4%
3.      Tahap titrasi
Jika destilat ditampung dengan HCl 0,1 N 50 mL, maka sisa HCl yang tidak bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan NaOH standar 0,1 N dengan indikator PP
Jika destilat ditampung dengan as. Borat 4%, maka jumlah as. Borat yang bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan HCl standar 0,1 N dengan indikator BCG (brom kresol green) + MR (metil red)

Tabel Faktor perkalian beberapa bahan
No
Nama Bahan
Faktor Perkalian
1
Bir, sirup, biji-bijian, ragi
6,25
2
Buah-buahan, the, anggur, malt
6,25
3
Makanan ternak
6,25
4
Beras
5,95
5
Roti, gandum, macaroni, mie
5,70
6
Kacang tanah
5,46
7
Kedelai
5,75
8
Kenari
5,18
9
Susu
6,38
10
Gelatin
5,55

C.2  Penentuan Dengan Metode Lowry
Protein dengan fosfotungstat – fosfomolibdat pada suasana basa akan memberikan warna biru, dimana intensitas warna tergantung pada konsentrasi protein. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada λ = 600 nm. Sebagai larutan standar digunakan bovine serum albumin (BSA) dengan konsentrasi menaik.
Ø  Reagen lowry A (fosfotungstat – fosfomolibdat = 1:1)
Ø  Reagen lowry B (Na-karbonat 2% dalam NaOH 0,1 N; kupri sulfat dan Na-K-Tartarat 2%)
 Cara penentuan :
1.      Sebanyak 1 ml Protein ditambah 5 mL lowry B (digoyang dan dibiarkan ± 10 menit)
2.      Sebanyak 0,5 mL lowry A ditambahkan kedalam campuran tersebut (digoyang dan dibiarkan ± 20 menit)
3.      Larutan diukur absorbansinya pada λ = 600 nm.
4.      Konsentrasi protein ditentukan dengan memplot Abs-nya pada kurva kalibrasi standar.
C.3  Penentuaan dengan Metode Biuret
Larutan protein dibasakan dengan NaOH dan ditambahkan CuSO4 encer. Reaksinya memberikan warna merah violet atau biru violet, dimana intensitas warna tergantung pada konsentrasi protein.
Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ = 560 - 580 nm. Konsentrasi protein ditentukan dengan memplot nilai absorbansai pada kurva standar regresi.
C.4  Penentuan dengan Spektrometri UV
Cara ini tidak efisien dan tidak merusak bahan. Larutan sampel jernih dapat diukur langsung absorbansinya dengan spektro UV pada λ = 280 nm. Konsentrasi protein ditentukan dengan memplot nilai absorbansai pada kurva standar regresi.
C.5  Penentuan dengan titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan NaOH, lalu gugus aminonya diikat dengan penambahan formalin, sedang gugus karboksilnya ditirasi dengan NaOH standar (indikator PP). Titrasi formol hanya tepat untuk penentuan suatu proses pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein. Reaksi titrasi formol sebagai berikut :


No comments:

Post a Comment

Test Footer