protein |
C.1 Penentuan dengan Cara Kjeldahl
1.
Tahap
destruksi
Destruksi
merupakan proses dekomposisi senyawa organik dan memisahkan / melarutkan
senyawa anorganik. Destruksi dilakukan dengan memanaskan sampel dalam asam
sulfat pekat untuk mendestruksi protein menjadi usnsur-unsurnya. Proses
destruksi dipercepat dengan menambahkan katalis campuran Na2SO4
dan HgO (20:1) atau K2SO4 dan CuSO4 (1:1).
Reaksi yang
terjadi selama proses destruksi (jika katalisnya Na2SO4
dan HgO).
Pada proses destruksi, nitrogen dari
protein diubah menjadi (NH4)2SO4 (larutan dari hitam sampai jernih)
2.
Tahap
destilasi
Pada tahap ini
(NH4)2SO4 di
pecah menjadi NH3 dengan penambahan NaOH 1 M hingga alkalis dan
pemanasan pada suhu 100-150 oC. NH3 yang dihasilkan
ditangkap dengan larutan HCl standar atau as. Borat 4%
3.
Tahap
titrasi
Jika destilat
ditampung dengan HCl 0,1 N 50 mL, maka sisa HCl yang tidak bereaksi dengan NH3
dititrasi dengan NaOH standar 0,1 N dengan indikator PP
Jika destilat ditampung dengan as. Borat 4%, maka jumlah as. Borat yang bereaksi
dengan NH3 dititrasi dengan HCl standar 0,1 N dengan indikator BCG (brom kresol
green) + MR (metil red)
Tabel
Faktor perkalian beberapa bahan
No
|
Nama Bahan
|
Faktor Perkalian
|
1
|
Bir, sirup, biji-bijian, ragi
|
6,25
|
2
|
Buah-buahan, the, anggur, malt
|
6,25
|
3
|
Makanan ternak
|
6,25
|
4
|
Beras
|
5,95
|
5
|
Roti, gandum, macaroni, mie
|
5,70
|
6
|
Kacang tanah
|
5,46
|
7
|
Kedelai
|
5,75
|
8
|
Kenari
|
5,18
|
9
|
Susu
|
6,38
|
10
|
Gelatin
|
5,55
|
C.2
Penentuan Dengan Metode Lowry
Protein dengan
fosfotungstat – fosfomolibdat pada suasana basa akan memberikan warna biru,
dimana intensitas warna tergantung pada konsentrasi protein. Absorbansi diukur dengan
spektrofotometer pada λ = 600 nm. Sebagai larutan standar digunakan bovine
serum albumin (BSA) dengan konsentrasi menaik.
Ø Reagen lowry A (fosfotungstat – fosfomolibdat = 1:1)
Ø Reagen lowry B (Na-karbonat 2% dalam NaOH 0,1 N; kupri sulfat dan
Na-K-Tartarat 2%)
Cara penentuan :
1.
Sebanyak
1 ml Protein ditambah 5 mL lowry B (digoyang dan dibiarkan ± 10 menit)
2.
Sebanyak
0,5 mL lowry A ditambahkan kedalam campuran tersebut (digoyang dan dibiarkan ±
20 menit)
3.
Larutan
diukur absorbansinya pada λ = 600 nm.
4.
Konsentrasi
protein ditentukan dengan memplot Abs-nya pada kurva kalibrasi standar.
C.3 Penentuaan dengan Metode
Biuret
Larutan protein dibasakan dengan NaOH dan ditambahkan CuSO4
encer. Reaksinya memberikan warna merah violet atau biru violet, dimana intensitas
warna tergantung pada konsentrasi protein.
Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada λ = 560 -
580 nm. Konsentrasi protein ditentukan dengan memplot nilai absorbansai pada
kurva standar regresi.
C.4 Penentuan dengan
Spektrometri UV
Cara ini tidak efisien dan tidak merusak bahan. Larutan sampel
jernih dapat diukur langsung absorbansinya dengan spektro UV pada λ = 280 nm.
Konsentrasi protein ditentukan dengan memplot nilai absorbansai pada kurva
standar regresi.
C.5 Penentuan dengan titrasi
Formol
Larutan protein dinetralkan dengan NaOH, lalu gugus aminonya diikat
dengan penambahan formalin, sedang gugus karboksilnya ditirasi dengan NaOH
standar (indikator PP). Titrasi formol hanya tepat untuk penentuan suatu proses
pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein. Reaksi titrasi
formol sebagai berikut :
No comments:
Post a Comment